Senin, 03 Oktober 2011

CERPEN REMAJA





“ Cintaku Di Genggam Oma ”

Oleh: Agus Sholihin Al-Abrar

Aku tinggal bersama Oma ku di rumahnya yang besar dan kaya, bisa di bilang Oma keturunan konglomerat. Oma sangat sayang padaku tak heran jika ia menaruh perhatian yang lebih padaku. Tetapi sifat otoriternya yang tak ku suka, ini dan itu semuanya harus aku turuti, sejak kecil sampai aku kuliah ini aku tak pernah di beri kebebasan. Semua kegiatan dan aktivitasku telah terjadwal di peraturan Oma. Meski aku bosan dan jenuh namun aku mencoba bertahan sampai sekarang di masa-masa kuliahku. Di usiaku yang bisa dibilang bukan remaja lagi, muncul di hatiku ingin mencintai seorang gadis, ingin sekali rasanya keluar rumah untuk mejeng layaknya anak-anak lain yang bebas untuk bergaul.
Suatu hari aku bertemu seorang gadis perawan yang cantik rupawan, aku termasuk laki-laki yang jarang melihat cewek cantik selain di kampus. Di saat aku menaruh hati padanya Oma tak pernah memberiku kesempatan untuk jatuh cinta pada sembarang wanita. Dalam lamunanku aku hanya bisa memikirkan gadis cantik yang kemarin aku temui di taman sepulang kuliah, rasanya ingin aku memilikinya. Lamunanku buyar saat Oma masuk ke kamarku.
“ Kamu itu melamun...terus, apa sih yang sedang kamu pikirkan? Cerita dong sama Oma kalau kamu punya masalah.” Sapa Oma secara tiba-tiba. Aku beranjak dari tempat tidur. Oma memang sayang padaku aku hanya menatap matanya yang masih hitam tajam, meskipun keriputnya semakin kentara tetapi beliau masih tampak segar bugar dan semangat dalam menjalani hidup terlebih sejak di tinggalkan suaminya.
“ Dari pada kamu melamun, mendingan kamu segera mandi dan pakai baju yang rapih dan ganteng. Karena sebentar lagi pemilihan wanita untuk pendampingmu akan segera datang nanti tinggal kamu yang memilih mana wanita yang cocok buat kamu terserah kamu mau yang gadis atau yang sudah janda, yang pasti semuanya sudah bagus bibit, bebet dab bobotnya, kamu tidak akan kecewa.” Jelas Oma panjang lebar membuatku bengong. Ternyata Oma benar-benar serius untuk menjodohkanku dengan wanita pilihannya untuk menjadi pendamping hidupku, zaman Siti Nurbaya masih berlaku bagi Oma.
“ Apa! Oma apaan sih, Putra udah dewasa Oma! Masih bisa cari jodoh buat Putra sendiri. Masa jodoh Putra harus Oma yang cariakan!”
“ Kamu jangan banyak protes! Ikuti saja apa kata Oma, semua demi kebaikan kamu.” Kata Oma lebih tegas lagi, berat bagiku untuk menentang Oma, mengingat sakit jantungnya yang suka kumat-kumatan.
Beberapa menit kemudian di ruang tamu telah hadir beberapa wanita cantik yang sama dari keturunan konglomerat. Aku segera turun kebawah.
“ Nah, Putra silahkan kamu memilih wanita mana yang cocok dengan kamu.” Kata Oma.
“ Tapi Oma!”
“ Oma tidak akan salah dengan wanita pilihan Oma.” Oma memperkenalkan satu persatu. Meskipun mereka cantik-cantik dan kaya tapi rata-rata dari mereka adalah janda. Aku tentu menolak secara akau belum tahu kepribadian mereka. Oam hanya melihat fisiknya saja tak tahu bagaimana isi hati mereka. Aku tak mau sembarang mencari calon istri buatku. Setelah penolakan secara mentah-mentah olehku, aku kembali ke kamar, satu pun dari wanita pilihan Oma satupun tak mampu menarik perhatianku. Aku hanya tertarik pada gadis yang selama ini aku suka dan kagumi. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali bertemu di taman waktu itu ya, cinta pada pandangan pertama. Oma yang kesal tiba-tiba masuk kamar.
“ Putra! Apa-apaan kamu menolak semua wanita pilihan Oma. Tidak adakah satupun yang kamu suka? Kamu membuat Oma malu. Kamu tidak tahu siapa mereka? Mereka itu anak-anak konglomerat siapapun tidak akan rugi menikahi mereka. Kamu akan bahagia apabila menikahi salah satu dari mereka.”
“ Oma, kebahagiaan itu tidak di pandang dari kekayaan yang di miliki, tapi karena cinta.”
“ Tahu apa kamu tentang cinta?”
“ Oma, Sampai kapanpun Putra tidak akan mau di jodohkan Oma. Putra hanya akan menikah dengan wanita pilihan hati Putra. Aku nggak suka di jodoh-jodohkan begini!” Tegasku memandang wajah Oma yang emosi. Baru kali ini aku menentang kehendaknya.
“ Apa? Kamu menikah dengan pilihan hati kamu sendiri? Putra dengarkan Oma. Tujuan Oma menjodohkan kamu agar kamu bahagia...kamu harus menikah dengan wanita yang selevel dan sederajat dengan kita...” Lanjut Oma.
“ Tapi...”
“ Tidak ada tapi-tapian, Putra kamu adalah pewaris Oma satu-satunya. Oma tidak ingin kamu salah pilih nantinya yang hanya akan memeras harta kamu. Kamu ngerti maksud Oma kan?”
“ Iya Putra paham, tapi bukan begini caranya Oma mencari jodoh buat Putra!”
Aku berhenti dari aksi protesku, tiba-tiba Oma merintih kesakitan. Sakit jantungnya kumat lagi. Dosakah aku yang membuat Oma menderita. Beberapa saat Oma segera di larikan ke rumah sakit, aku benar-benar khawatir dengan kondisi Oma yang menghawatirkan. Selang beberapa jam kemudian Oma telah lewat dari masa kritisnya bahkan sudah bisa di ajak bicara. Aku langsung merangkul dan mencium kaki Oma yang sudah menjadi orang tuaku sendiri sejak kepergian orang tuaku, walaubagaimanapun sikap Oma yang keras aku tetap sayang padanya.
Aku mulai bicara.
“ Oma, maafin aku ya. Aku benar-benar menyesal. Aku sudah membuat Oma menderita.” Aku mencium tangan Oma.
“ Seharusnya Oma yang minta maaf sama kamu. Oma sadar bahwa Oma terlalu egois sama kamu, Oma hanya memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan kamu.” Balas Oma.
“ Oma jangan berkata begitu..” Sambungku.
“ Oma sayang kamu, Oma tidak ingin kehilangan kamu. Karena Cuma kamu Putra cucu Oma satu-satunya, Oma sangat menyayangimu.” Kata Oma lagi, membuatku terharu.
“ Aku sayang sama Oma.”
“ Begini saja, Oma akan memberikan waktu selama satu hari, memberi kesempatan kamu untuk mencari calon istri pilihanmu, besok malam kamu harus membawa gadis pilihanmu ke hadapan Oma. Jikalau gagal berarti kamu harus menerima perjodohan Oma.”
“ Tapi Oma...?”
“ Tidak ada tapi-tapian.”
“ Baik Oma.”
Dengan hati bingung aku melangkah, aku dan para anak buahku mengadakan sayembara di dekat desa menyebarkan pengumuman. Banyak para gadis maupun janda yang ikut mendaftar, sepertinya mereka sangat beratunsias sekali menyambut kedatanganku. Aku mulai memilah-milih mana gadis yang cocok. Ada yang berprofesi sebagai penjual jamu, janda kembang, pembantu rumah tangga bahkan wanita penghiburpun ada juga, sepertinya mereka tak mau kalah ketinggalan. Tapi di antara mereka tak satupun yang menarik perhatianku. Aku benar-benar kecewa pesuruhku pun tampaknya sudah lelah seharian karena dari sekian banyak wanita pilihan mereka tak seorangpun yang nyangkut di hatiku. Hari sudah sore tetapi belum juga ku dapati gadis calon istriku, sebenarnya aku sangat mengharapkan gadis yang pernah ku temui ditaman yang tak sempat ku tanyakan namanya andai dia ada aku pasti akan memilihnya.
Pucuk di cinta ulampun tiba ketika aku tiduran di meja dan para pesuruhku yang tampak kelelahan. Tiba-tiba hal yang aku impikan telah hadir di hadapanku. Ya, seorang gadis cantik yang selama ini aku nantikan kehadiranya ia berdiri di hadapanku dengan keluguannya. Aku amat bahagia, ku buka mataku lebar-lebar kupukuli pipiku siapa tahu hanya sebuah mimpi . Ternyata tidak, ini nyata? Calon istri buatku kini telah hadir. Ia pendaftar terakhir yang langsung aku terima secara telah ku tunggu-tunggu sejak lama kehadirannya. Ku dengar dia saat mengenalkan namanya. Suaranya lembut dan berdawai.
“ Apakah saya sudah telat??” Kata gadis itu. Dengan semangat ku menjawab.
“ Tentu belum...” Jawabku dengan semangatnya.
Dialah Salwa gadis yang ku temui di taman tempo lalu, dia akan menjadi pendamping hidupku. Oma pasti senang mendengarnya. Aku tak sabar untuk memperkenalkanya pada Oma. Oh Oma I’M COMING...WITH MY GIRL...
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar