Senin, 22 Oktober 2012

Komik: Dewa Sekarabah




Karya anak Jambi ini di angkat dari kisah Dewa Sekarabah yang terdapat dalam Naskah Kuno Undang-Undang Pencacahan Jambi
Oleh: Indra Wahyudi Jurusan Sejarah Fakultas Adab IAIN STS Jambi

Minggu, 21 Oktober 2012

Cerpen: Sepenggal Cinta di Danau Sipin

Sepenggal Cinta di Danau Sipin
By: Agus SHolihin Al-abrar

Danau indah sejuk nan asri tampak sepasang angsa putih menikmati sejuknya air. Sepasang angsa itu terlihat bahagia menikmati indahnya suasana pagi itu. Sementara sekawanan angsa lainnya asik memadu kasih bermandikan air danau yang jernih dan segar. Burung-burung berkicau di angkasa raya, kupu-kupu berkumpul merubungi kemekaran bunga-bunga di sekitar danau, tak seorangpun menyangka akan keindahan danau. Danau yang bening, air tenang. Menenangkan ikan-ikan yang asik berenang bersama sekawananya. Sepasang angsa putih terlihat bersuka ria di kesejukan air danau, sesekali sayap mereka dikibas-kibaskan dengan percikan air, sungguh keharmonisan seorang kekasih.
Begitu pula dua sahabat ini.  Helen gadis kecil yang cantik, Karel anak laki-laki yang tampan. Mereka juga tengah asik menikmati suasana pagi di danau itu. Sudah hampir enam tahun mereka kenal dan akhirnya menjadi bersahabat. Mereka sudah berada di danau sejak subuh tadi untuk menyaksikan terbitnya fajar menyinsing sampai sang Raja siang terlihat.
“ Helen, coba deh lihat angsa itu kelihatannya mereka selalu sama-sama terus ya?”
“ Ya, tentu saja mereka adalah sepasang angsa yang setia, mereka rukun dan tidak pernah berpisah. Sang jantanpun selalu menjaga angsa betina.”
“ Aku ingin seperti angsa itu.” Sambung Karel
“ Rel, jika kamu menjadi angsa jantan itu apa yang akan kamu lakukan untuk angsa betina?”
“ hmmm, tentu saja sama sepert angsa jantan itu, aku akan selalu menjaga dan setia kepada sang betinanya, aku akan melindungi dan menjaganya dari ancaman bahaya.”
“ Jika aku yang jadi angsa betinanya?” Tanya Helen lagi
“ Kau ini, tentu saja aku akan menjagamu, kita kan sahabat.”
Malam hari
Karel dan keluarganya tengah menikmati amkan malamnya. Karel terlihat senyum-senyum sendiri membuat sang Ibu heran.
“ Karel? Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?”
“ …sepertinya lagi bahagia.” Sambung Ayah
“ Engggak ada apa-apa kok .”
Tiba-tiba Ayah memulai pembicaraan.
“ Oh ya  karel. Kalau kamu lulus dengan nilai yang bagus Ayah akan memasukan kamu ke sekolah unggul di Jakarta.”
Karel sambil menyuap tiba-tiba tersedak.
“ a, ap,apa Yah! Ayah mau aku sekolah di Jakarta?”
“ Kan kamu sendiri yang minta ingin masuk ke sekolah yang unggul dan populer, kan?”
“ Ya, tapi nggak jauh-jauh ke Jakarta juga kali Yah.”
“ Karel!!” sahut Ibu
“ Aku nggak mau pindah jauh-jauh Bu, Yah. Aku pengen disini aja.”
“ Tapi Ayah kan juga harus pindah tugas ke Jakarta, jadi kita semua harus pindah.”
Karel menghentakkan sendok ke piring, sehingga mengagetkan kedua orang tuannya. Ibu karel memandang sabar.
Esoknya…
Sepulang sekolah Helen dan Karel ke danau, mereka melihat sekawanan angsa yang sedang memadu kasih di air yang jernih. Mereka basahi tubuh mereka.
Karel mengeluarkan sebuah boneka kecil berbentuk angsa putih.
“ Len, cantik kan? Aku sengaja membelinya buat kamu.”
“ Buat aku? Makasih ya Rel.”
“ Helen, kamu janji ya kita akan selalu jadi sahabat. Danau ini jadi saksinya, loh.”
“ Iya, aku janji.Kamu juga ya.”
Sementara itu Karel masih memikirkan akan kepindahannya, haruskah Helen tahu akan kepindahannya. Karel coba untuk ngomong.
“ Helen, aku ingin bicara penting sama kamu. Kalau aku…aku…aku akan…” belum selesai ia bicara tiba-tiba saja setetes darah keluar dari hidung Helen. Sampai Karel lupa dengan yang akan di sampaikan
“ Len kamu nggak apa-apa?”
“ Engggak apa-apa aku Cuma mimisan kok.” Sambil mengusapnya
“ Sebaiknya kita pulang yuk!”
Malam hari
“ Apa! Ke danau? Malam-malam gini?”
“ Ayolah, ada sesuatu yang ingin aku tunjukin sama kamu.”
“ Ok deh” Helen mengambil syal dan mereka berangkat ke danau.
Karel akan memberikan kejutan yang belum pernah Helen lihat sebelumnya. Dengan mata di tutup Helen diboyong ke pinggir Danau. Walau malam hari tetapi terangnya bulan mala mini jadi lampu sendiri di malam hari.
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik …
Ketika itu pula tiba-tiba segerombolan makhluk bercahayamenghiasi malam di danau menambah warna di malam itu. Ya, kunang-kunang malam bermunculan menghiasi danau berkelap-kelip bagai lampu hias.
“ Satu, dua, tiga. Sekarang kamu boleh buka mata.” Ujar Karel memberi kejutan. Perlahan-lahan Helen membuka kedua kelopak  matanya. Segerombolan kunang-kunang malam beterbangan di hadapannya puluhan, bahkan ratusan, terlihat indah sekali. Ikan-ikan, katak, angsa dan hewan sekitar danau seperti terbangun tidak ingin melewati malam indah ini.
“ Wahh….indahnya….”
Keduanya memandang ke angkasa. Melihat sang kunang-kunang terbang tinggi.
6 Tahun kemudian…
Helen berdiri sendiri di tepi danau. Ia menatap iri pada sepasang angsa putih yang terlihat begitu mesranya. Sekawanan hewan itu sepertinya menyambut pagi dengan penuh bahagia. Tetapi tidak bagi Helen ia termenung sendiri mengingat kembali kenangan bersama sahabat nya dulu di Danau ini. Danau ini menjadi saksi persahabatan mereka. Ya, Karel dan Helen. Kenapa karel pergi begitu saja setelah kelulusan mereka di sekolah dasar yang mempertemukan mereka berdua dan menjadi sahabat sepermainan di danau tempat mereka bermain. Boneka angsa masih di genggaman Helen. Berharap sepenggal cinta ini akan mejadi indah.








Selasa, 16 Oktober 2012

Jalan-Jalan Ke Candi Muara Jambi



Candi muara jambi di Sumatera yang terbuat dari batu bata merah, sudah lama menjadi obsesi saya untuk mengunjungi dan melihatnya secara langsung karena sudah sekitar 7 tahun tidak pernah kesana lagi. Dan tibalah kesempatan itu datang, pada hari Sabtu tanggal 7 Juli 2012 yang lalu saya mengunjungi situs kawasan Candi  tersebut di Muaro Jambi.  Keinginan yang sudah lama terpendam akhirnya kesampean juga,  selain sebagai ajang penelitian sekaligus sebagai ajang jalan-jalan bersama teman-teman sekelas SPI semester 4, ketika sampai di gerbang kawasan candi ada sesuatu yang lumayan WAHH bagi saya, ternyata begitu banyak perubahan setelah 7 tahun tidak pernah lagi ke candi muara jambi ini. Sungguh luar biasa ada kemajuan. Dengan mengendarai sepeda motor, setelah membayar karcis seharga 10.000 rupiah, lalu kami langsung memakirkan motor kami ditempat parkir. Saya  benar-benar menikmati keindahan dan keasrian kawasan candi muara jambi sambil duduk-duduk sebentar, keadaan candi yang jauh berbeda dari 7 tahun yang lalu. Kemudian beberapa penyewa sepeda sibuk memangil-manggil saya menawarkan sewaan sepedanya.
Untuk kondisi candi itu sendiri menurut saya lumayan penataan tempat penjualan ataupun pedagangnya berjejer rapi, kebersihannya juga lumayan. Walaupun masih banyak sampah-sampah daun berserakan, tetapi maklum karena banyak di Tanami pohon duku sehingga sampahnya kerap jatuh dan mengotori sekitar tempat ini. Sarana dan prasarananya juga lumayan lebih baik dari 7 tahun yang lalu, seperti adanya tempat pusat informasi yang memadai, kemudian ada mushola untuk ibadah, ada toiletnya, adanya tempat pembuangan sampah, dibangun pula pondok-pondok untuk pengunjung beristirahat, ada tempat penyewaan sepeda untuk berkeliling di kawasan candi tersebut, yang jelas fasilitasnya cukup memadai sebagai kawasan wisata, saat ini pun candi muara jambi mulai ramai di kunjungi pengunjung terutama pada hari-hari weekend sabtu dan minggu. Kami berkeliling sepuasnya dengan sepeda sewaan. Lumayan lelah namun menyenangkan. Layak untuk jadi andalan wisata Jambi.

Minggu, 14 Oktober 2012

SUPER SEVEN


Udah nggak asing lagi dong tentunya dengan anak-anak cowok berbakat ini mereka adalah SUPER SEVEN sesuai namanya mereka terdiri dari 7 anak laki-laki yang ganteng-ganteng dan berbakat yaitu Karel yang wajahnya kerap membintangi beberapa iklan TV, Jose dengan ciri khas mata sipit dan wajahnya yang ganteng keturunan chines, Bryant dengan ciri khas rambut berponi wajahnya sedikit korean, next Bagas yang juga jago main Drum sejak usia 8 tahun, kemudian ada Raza yang paling kecil kalau dilihat dari postur tubuhnya, Ajil badanya yang berisi menjadikan ia terlihat lucu dan menggemaskan, dan terakhir ada BD alias Brian Domani keturnan Jerman Banjarmasin ganteng dengan wajah Indo. Kehadiran Super7 di belantika music Indonesia sebagai boysband cilik mewarnai dunia permusikan Indonesia sejak tahun 2011 bisa dibilang usia mereka telah setahun lebih. Nama ke7 personil super7 pun semakin dikenal masyarakat Indonesia dan telah memiliki banyak fans yang di sebut Sevener’s termasuk saya sendiri. Nama Super7 pun semakin melejit dan populer terutama di kalangan anak-anak dan menjadi inspirasi anak-anak Indonesia bahkan mereka juga di nobatkan sebagai Duta Lingkungan oleh Kementrian Lingkungan Hidup RI di Jakarta Convention Centre pada 17 Juni 2012. Keren khan…
Single pertama Super7 adalah Sahabat “Best Friend Forever” di video clip lagu ini juga ada 7Icon karena kebetulan mereka masih satu manajemen. Tapi yang pasti keren bangetzz deh. Album pertama super7 juga seudah keluar dengan lagu2 keren lainnya.
Untuk anda yang ingin selalu update foto2 dan info2 terbaru super7 anda bisa gabung di facebook Super7. Banyak juga video dan foto2 mereka yang keren-keren. Super7 sering tampil di berbagai on air acara tv dan off air terutama pada sabtu minggu agar tidak mengganggu kegiatan sekolah para personil. Saya sebagai Sevener’s juga pastinya selalu support mereka, yang namanya ngefans, nggak salah khan…?!!!
By: Sevener’s Jambi




Selasa, 09 Oktober 2012

Cerpen: My Ustadz In Memorian


    “My Ustadz In Memorian”


BY:  Agus Sholihin Al-Abrar

             Aku Najam. Hari seperti biasanya aku dan Mahasantri lainnya berangkat kuliah sore. Seperti biasanya pula Ustadz Burhan selaku pengajar B. Inggris di kelas kami tak pernah telat untuk mengajar. Bahkan beliau datang tepat waktu ketimbang santrinya. Dan seperti biasanya pula ketika beliau menerangkan materi di depan kelas, tidak semua santri di kelasku yang kusyuk memperhatikan penjelasannya. Ada yang asik sms-sms-an tidak jelas, ada yang hanya coret-coret kertas entah apa yang di tulisnya. Bahkan ada yang tidur dengan pulasnya, mungkin yang di bayangkankannya pada saat itu sedang berada di kamarnya. Inilah salah satu kebiasaan yang tidak patut di tiru.
            Namun ustadz Burhan tak pernah menampakkan kemarahanya atas prilaku mahasantri-mahasantrinya ini. Termasuk diriku, ada keseriusan ketika belajar namun terkadang rasa kantuk selalu menggodaku, bagaikan seorang ibu yang mengayunkan anaknya untuk segera tidur.  Apalagi di suasana siang yang panas merayap, tak bisa di elak lagi kalau rasa kantuk itu menyergapku.  Dengan keadaan kelas yang seperti ini Ustadz Burhan tetap semangat mengajar, walau terkadang kelas tak memberikan respon semangat.  Sambil menulis materi yang di berikan, aku menepuk salah satu punggung teman di depanku yang terlihat manggut-manggutan alias ngantuk.
“ Sebaiknya anta cuci muka dulu, hilangkan ngantuk.” Kataku.
Sayang perkataanku tak di gubrisnya, ia menoleh ke arahku dengan mengernyitkan dahinya seraya menaikkan sebelah alis matanya.
            Seusai belajar entah kenapa rasa kantuk itu hilang seketika. Ustadz mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, rupanya sebuah camera digital.
“ Wahh…mau fhoto-fhoto ya ustadz?” tanyaku sambil memasukkan buku kedalam tas. Beliau hanya mengangguk senyum. Ya, kami di minta beliau untuk foto-foto bersama. Beliau bilang untuk kenang-kenangan saja. Tak ada hal yang berbeda tentu saja semua teman-teman kelasku lekas membentuk barisan siap untuk di foto. Tak heran kalau teman kelasku eksis foto layaknya model ternama. Dengan pede-nya aku ikut di barisan belakang. 1, 2,3, bahkan lebih dari dari 4 jepretan kami foto bersama. Ada hal yang menyenangkan sore itu kapan lagi kami bisa foto bareng ustadz sembari eksis dan menghilangkan ngantuk dan lelah setelah belajar.
            Malam hari…               
            Seperti malam-malam biasanya seusai sholat maghrib di masjid selalu ada  pengajian. Dan kebetulan malam ini giliran Ustadz Burhan yang mengisi pengajian. Semua Mahasantri dengan kusyuk mendengarkan walaupun ada sebagian yang tidak. Namun kami tetap kagum dengan Ustadz Burhan, dalam kondisi bagaimanapun beliau tetap semangat tuk mendidik kami. Seonggak senyuman selalu di hadiahkan kepada kami. Aku hanya diam mendengarkan pengajian, aku tak mau terlalu banyak berkata-kata.
            Malam berikutnya tiba-tiba kami mendengar kabar yang tidak baik. Ustadz Burhan di kabarkan sedang terbaring di rumah sakit karena tensi darahnya naik. Memang sebelumnya sempat terdengar kabar kalau beliau kondisi kesehatanya kurang baik, dan di ketahui tensi darahnya saat itu dalam nota bene stadium tinggi. Para medispun sempat menganjurkan kepadanya untuk banyak istirahat. Meski kondisi kesehatan yang tidak baik, tapi yang kami lihat beliau tampak sehat dan bugar tetap semangat tuk mengajar bahkan masih sempat tuk mengisi pengajian. Tak ada sedikitpun tanda-tanda kalau beliau sakit. Setelah mendengar kabar itu,  semua mahasantri mengisi malam itu dengan tahlilan mendo’akan akan kesembuhan ustadz kami.  Aku menjenguk ke rumah sakit, aku lihat Ustadz Burhan yang terbaring lemah di pembaringanya. Beberapa ustad lain dan pengurus asrama juga ada di sana. Kami hanya memanjatkan doa untuk kesembuhan beliau. Seiring doa bertabur kesedihan mengiringi. Bahkan beberapa Mahasantri tak dapat tidur dengan nyenyak, hanya doa yang di hadirkan malam itu.  Pukul 01.00 WIB dini hari di asrama, Erik salah satu temanku bangun dari tidurnya. Ridho yang melihatnya menyapa heran.
“ Anta tidak tidur?”
“ Ana tidak tahu,  seperti ada sesuatu yang membangunkan. Sejak tadi memang tidak bisa tidur.” Jawabnya.
“ Ya sudah, anta kembali tidur lagi. Bismillah saja…”
“ Ya, ana coba deh.”
            Malam dini hari di rumah sakit. Aku keluar sebentar cari air mineral.  Sekembalinya aku ke ruang dimana Ustadz Burhan di rawat, aku melihat orang-orang di ruangan sudah panik.  Aku semakin mendekat, air mineral yang kubawa jatuh dari genggamanku. Salah satu ustadz kami memegang lengan ustad Burhan yang dingin dan tak berdenyut lagi.  Ya Allah! apakah malaikat maut telah membawa pergi  ustad Burhan tanpa sepengetahuanku? Keluarga besar asrama pun berduka atas kepergian salah satu Ustadz tercinta.  Kini telah ku saksikan beliau yang telah pulang keharibaan Illahi. Malaikat maut dengan bangganya membawanya terbang ke langit. Semua yang menyaksikan mencucurkan air mata.  Aku terdiam mataku berkaca-kaca, lambat laun mengeluarkan air mata. Ya, air mata kesedihan aku tak sanggup menahanya.
            Pagi hari yang kelam, bendera kuning telah berkibar dalam kebisuan.  Angin sepoi pagi melangkah dalam penderitaan dan kedukaan.  Langitpun tampak mendung turut berduka atas kesedihannya. Roh beliau  mengucapkan selamat tinggal pada dunia, ia telah menghembuskan nafas terakhirnya, ia telah bebas dari belenggu sakitnya. Apakah kami patut menyalahkan maut, atas ketidakadilannya yang telah mengambil Seorang Ustadz, sahabat sekaligus guru bagi kami.
            Tapi inilah suratan takdir yang telah terukir.
            Mungkin kami tak dapat melihat beliau lagi, namun senyumnya, kesabaran, kebaikkan serta semangatnya senantiasa menjadi terladan bagi kami. Ustadz Burhan akan segera berkunjung ke Surga Firdaus.  Amiiin….
The end

NB: Cerpen ini tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun. Cerpen ini semata-mata hanya untuk hiburan semata. Hanya bermaksud untuk mengingat kenangan yang tak mungkin terlupakan.