Senin, 11 Juli 2011

CERPEN


“ Mengukir Hidup Hasyan ”

Oleh: Agus Sholihin Al-Abrar

Aku sibuk mengerjakan tugas kampusku, hari ini begitu lelah padahal aku sudah lembur semalam tapi tugas-tugasku seakan masih becibun bagai gunung belum kelar-kelar juga. Mataku sudah perih dari semalam terus berhadapan dengan laptopku. Padahal hari ini libur tapi aku tak bisa kemana-mana. Ku sempatkan membuka fb ku, rupanya satu pesan sudah menanti, ternyata pesan itu dari adik angkatku Hasyan Putra. San, demikian aku memanggilnya. Kami hanya berkomunikasi lewat fb dan telepon saja, karena jarak yang memisahkan. Aku menyayanginya karena bagiku San adalah sosok yang menggantikan adik kandungku yang telah pergi setelah kecelakaan maut satu tahun lalu. Melihat Hasyan atau yang biasa ku panggil San, seperti melihat adikku Ricky. Aku merasa adikku Ricky telah terlahir kembali sebagai wujud Hasyan.
“Kring-kring...!” suara handphone telah membuyarkanku dari lamunanku.
“Hallo...!”
“Gi, tugasnya udah kelar belum?” nyelonong Bimo dalam telepon.
Aku mengernyitkan dahi seraya menaikkan sebelah alis mataku.
“ Belum, Bim! masih numpuk bagai gunung!”
“ Buruan guys...hari senin udah harus kelar loh!” sewot Bimo seenaknya saja memerintahku bagai majikan dengan pembokatnya.
“ Ah kamu enak aja tinggal merintah, mataku udah kayak mata panda nih !”
“ Iya-iya sorry, nggak usah sewot gitu ah! ya udah met kerja ya bro...!da...” nggak sopan banget ini anak main tutup telepon gitu aja.
Di halaman rumah, Hasyan yang masih duduk di kelas dua SMP sedang asik mengisi hari minggunya di lapangan basket, orang tuanya sengaja membuatkannya lapangan basket, karena San senang sekali dengan olahraga yang satu ini. Keluarganya yang broken home membuatnya kesepian, hanya basket yang bisa menyibukkan hari-harinya selain sekolah. Mamanya memperhatikan San dari dalam rumah, ia heran sebab San sejak pagi telah berada dilapangan basket. Belum lelahkah dia?
“ San, istirahat dulu...” mamanya memanggilnya dari dalam, tampaknya San tak menghiraukan.
“San....!” sahut mamanya lagi.
“ Iya mah, bentar lagi nanggung nih .” sahut San yang sudah tampak kelelahan dan berkeringat. Beberapa menit kemudian barulah dia istirahat dan meminum air mineral dalam botol.
Sementara aku baru saja menyelesaikan tugas-tugas paperku, akhirnya aku bisa bernafas lega karena besok siap untuk di kumpul dan di presentasikan dikelas. Aku lari kedapur untuk mencari makanan karena perutku sudah berkeruyuk tak bisa diajak kompromi lagi. Di saat yang sama Hasyan tengah makan siang bersama mamanya. Bu Ratih sebagai mamanya selalu memperhatikan akan kesehatan putra satu-satunya ini, apalagi setelah berpisah dari suaminya ia banyak menghabiskan waktu untuk focus pada putranya Hasyan.
“ Sayang, tadi kak Yogi telepon, nanyain San.”
“Kok mama nggak panggil San?” pandangnya dengan pandangan yang dalam.
“ Abisnya, San sibuk main basket terus mama panggilin di cuekin.”
“ He-he...” senyum pasi San, kata-kata mamanya telah berhasil membungkam mulutnya, sehingga ia tak dapat berkata-kata lagi untuk mengelak.
Lanjut Bu Ratih.” Oh ya San, setelah pulang sekolah kita langsung ketempat pemotretan ya, kan San masuk 10 besar.” ujar mama mengingatkan San akan aktivitas barunya sebagai modeling cilik di salah satu majalah Kids ternama. Memiliki wajah yang ganteng dan lucu menjadikanya sebagai modal utama San dalam berkarya. Ya, San baru saja masuk 10 besar dalam ajang Modeling di majalah Kids tersebut. Tentu menjadi kebanggaan tersendiri, bagi San terjun ke dunia modeling adalah wadah untuk mengekspo dan mengekspresikan diri, juga selain sebagai profesi tambahan. Tinggal beberapa langkah lagi San bisa mencapai 5 besar bahkan terus berusaha untuk meraih juara dalam kontes tersebut. Ia selalu berharap bisa memenangkannya, dengan begitu ia akan di kontrak menjadi model tetap di majalah kids tersebut. Maka dari itu San berusaha menampilkan yang terbaik. Selain itu San ingin meringankan sedikit beban mamanya yang sendirian mencari nafkah untuk kehidupan mereka. Sejak berpisah dari papanya San melihat mamanya begitu kelabakan mencari nafkah untuk kehidupan mereka. “ Kasihan mama...” itulah perasaan yang terlintas di benaknya.
San belum mengabarkanya padaku akan kesuksesannya masuk 10 besar, aku pun belum sempat menelponnya mengingat diriku yang masih sibuk. Tak terasa si Raja siang mulai pergi kepersembunyiannya, malam ini aku sedikit santai karena tugas-tugas kampusku sudah kelar semua. Iseng-iseng ku buka FB di laptopku. Ada rasa jenuh saat ku buka karena tak satupun pesan yang nyangkut di Fb ku, baru aku akan menutup akunku tiba-tiba satu pesan menghampiri. Rupanya dari adik angkatku San, ia hanya menanyai kabarku saja. Tak ku balas pesannya karena aku akan menelponnya langsung, dari kemarin belum sempat mendengarkan cuap-cuapnya. Terlintas aku terbayang akan adik kandungku yang telah di panggil Yang Kuasa, terkadang aku sedih jika mengingat peristiwa sore hari tahun lalu yang telah merenggut nyawa adik yang paling aku sayangi, terlalu cepat ia meninggalkanku bahkan aku tak sempat memberinya hadiah Pesawat Radio Control keluaran terbaru sebagai hadiah ulang tahunnya, ia keburu di bawa oleh malaikat maut yang bangganya membawanya ke langit. Kecelakaan mobil sore itu tak bisa dihindarkan saat ia hendak pergi liburan bersama teman-teman sekelasnya. Hanya adikku saja yang tak dapat diselamatkan, fhoto berbingkainya masih terpampang rapih di meja belajarnya. Ya, karena sekarang aku yang menempati kamarnya. Ku tepis semua pikiran tentang kecelakaan itu, aku tak mau dibilang sebagai orang yang menyalahi takdir. Ku pencet nomor Hp Hasyan.
“ Hallo, kak..” ia mengangkatnya
“ Hallo dek San, gimana kabarnya? dari kemaren kakak belum denger cuap-cuap adek nih..” ujarku santai.
“ He...he...oh ya Kak, San baru masuk 10 besar loh di kontes majalah kemarin..” begitu senangnya saat mengabarkanya padaku.
“ Oh ya, hebat! selamat ya...mau minta hadiah apa atas kesuksesan San.”
“ Nggak usah kak, cukup do’anya saja.”
Cukup lama kami ngobrol, banyak canda tawa kami lantunkan layaknya adik-kakak dalam tautan keakraban.
***
Sepulang sekolah San dan Bu Ratih berangkat ke pemotretan, hari ini penentuan 5 besar. Dengan semangatnya San melangkah dengan pakaian yang rapih layaknya model cilik lainnya, ia yakin bisa masuk tahapan 5 besar. Aku hanya bisa mendo’akanya dari jauh. Ku sempatkan mengirimkan pesan untuk penyemangatnya. Benar saja usaha dan do’a San tak sia-sia meski acara berlangsung cukup lama tapi membuahkan hasil yang memuaskan San masuk 5 besar final. Tinggal melaju beberapa langkah lagi tuk meraih juara 1 dalam kontes itu. Betapa bangganya San saat mengabarkan berita gembira ini padaku, aku pun turut dalam kegembiraanya.
Pukul 15.30 WIB, San asik dengan permainan basketnya, ia tampak begitu semangat. Tiba-tiba bola terpelanting cukup jauh mengharuskan San untuk berlari menuruni tangga halaman rumah untuk mengambilnya. Tak terlihat batu cukup besar di depannya, San menghantam batu itu.
“ Auuu!!!” San menjerit kesakitan, ia berusaha tegar setelah terguling dari tangga yang cukup tinggi dihalaman rumahnya. Mama yang mendengarkan teriakan putranya segera keluar rumah. San memegangi kepalanya yang terasa pusing, darah tak berhenti keluar dari hidungnya. “ Mama...” teriaknya histeris. Bu Ratih segera melarikannya ke rumah sakit, mamanya tampak khawatir.
***
Di rumah sakit San terbangun dari tidurnya ia tak tahu dimana ia sekarang, di lihat sekelilingnya terdapat peralatan dokter, dan di sebelah kirinya terlihat mamanya. San memulihkan ingatannya ia baru sadar bahwa ia sempat terjatuh dari tangga halaman rumah, ini semua gara-gara mengejar bola yang terpelanting.
“ Sayang...kamu sudah bangun?” tanya bu Ratih mengelus kepalanya.
“ Mah, San pengen pulang..”
“ Tapi kamu belum pulih nak”
Di ruang dokter Bu Ratih bicara serius pada Dokter, mengenai putranya Hasyan.
“ Anak Ibu mengidap ganngguan jantung atau yang biasa di sebut lemah jantung, tapi ibu jangan khawatir masih ada kemungkinan untuk sembuh dengan syarat San harus mengurangi aktivitas yang berlebihan dan anda harus menggontrol pola makan dan kesehatanya, dan jangan lupa untuk selalu cek up ke rumah sakit.” jelas dokter dengan detailnya. Bu Ratih terkejut di usianya yang masih muda San sudah memiliki penyakit yang mengerihkan. Tetapi Bu Ratih tetap sabar. San yang mendengarkan perbincangan mamanya benar-benar terkejut akan penyakit yang kini ada di dalam tubuhnya. “ Inikah mungkin yang menyebabkan San sering kehilangan kontrol akhir-akhir ini?” ratapnya dalam hati.
Sejak keluar dari rumah sakit San tidak boleh banyak melakukan aktivitas yang bisa membuatnya kecapean, sejak saat itu San tidak lagi bisa bertemu teman-temannya di sekolah. Ya, karena sekarang San harus Homeschool melakukan semua aktivitas dirumah, juga harus terpaksa meninggalkan aktivitas basketnya yang sangat ia senangi demi kesehataanya. Telah banyak obat yang masuk kedalam tubuhnya, San sebenarnya sudah bosan dengan ini semua, tapi apa mau dikata ia harus berusaha demi kesembuhannya, ia tak mau menyerah.
Di pagi yang cerah San berdiri sendiri di tepi kolam ikan kecil, ia hanya menatap iri pada sepasang ikan cantik yang memadu kasih di percikkan air kolam yang bening. Sementara sekawan ikan lainnya ricuh bermandikan air kolam yang segar, hewan perenang itupun tampaknya menyambut hari ini dengan penuh kebahagiaan. Tetapi tidak bagi San, kini ia sendiri sangat kesepian menatapi bayangannya di dalam air kolam yang bening. Ia mengingat kenangannya bersama teman-teman di sekolah yang kini tinggal kenangan yang tak bisa dilakukkanya lagi. Homeschool yang menyebabkan ia harus menghabiskan waktu di rumah saja. Aku hanya bisa menyemangatinya lewat telepon sebagai teman curhatnya setidaknya bisa menemani di dalam kesendiriannya. Aku hanya bisa berdo’a untuk kesembuhannya. Tiba-tiba San tak lagi merasakan angin segar pagi melainkan bau darah yang keluar dari hidungnya, sesekali ia terbatuk. Segera ia ambil tissu dan segera membersihkannya, mama San memanggilnya segera San membersihkan sisa kotoran darah yang masih melekat di sekitar bibirnya, ia tak ingin mamanya tahu karena pasti akan dibawa lagi kerumah sakit sementara San sudah bosan tinggal di rumah sakit, sudah muak dengan bau obat-obatan, ia tak ingin menjadi orang yang berpenyakitan , ia tak ingin di anggap orang sakit. Mamanya menyahutinya dari pintu rumah.
“ San, ayo sarapan dulu mama sudah siapkan sarapannya di meja makan, nanti San harus minum obat lagi.”
“ Iya mah sebentar lagi.” jawab San menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Pukul 20.00 WIB, Bu Ratih sedang bicara serius di telepon pada seseorang, ya mama San punya niat untuk menjual rumah mereka, usahanya yang bangkrut terpaksa rumah kesayanganya di jual agar mendapatkan uang yang cukup untuk perawatan San yang membutuhkan uang yang tidak sedikit, belum lagi harus rutin cek up dan tebusan obat yang tidaklah murah harganya. Tidak ada pilihan lain selain menjual rumah harta satu-satunya yang berharga. San yang tak sengaja mendengarkan pembicaraan mamanya terkejut sembari memegang gelas minumnya.
“ Pranggg!!!” gelas dari tangan San jatuh kelantai, membuat Bu Ratih kaget.
“ Sayang...!”
“ Mah, mama nggak perlu menjual rumah kita.”
“ Sayang, maafkan mama nak, mama....”
“ Stop mah stop! jangan di jelaskan, biarlah San tanggung derita ini, San nggak mau dianggap orang sakit, San nggak mau Mama harus ngeluarin biaya untuk berobat San percuma Mah , fisik San memang lemah San nggak akan sembuh penyakit ini akan San bawa sampai mati, satu hal lagi Mah San nggak akan rela kalau Mama harus ngejual rumah kita satu-satunya ini!” San menangis berlari ke kamar.
“ Tuhan...kenapa kau berikan penyakit ini padaku? kenapa harus aku?” San menangis sesunggukan di sunyinya malam.
***
Pagi-pagi Bu Ratih menerima telepon dari pihak majalah, agar San bisa hadir dipemotretan kali ini sebagai 5 besar finalis. Meski dalam keadaan yang tak memungkinkan San tetap semangat tuk melangkah.
“ San yakin ngak apa-apa ?” tanya mama ragu.
“ San nggak apa-apa mah, San sehat kok lihat deh San sehat bugar gini udah deh Mama nggak usah khawatir gitu ahh.”
“ Tapi sayang...”
“ Mah...yakin sama San, udah yuk berangkat ntar telat lagi!” segera ia keluar rumah.
Sementara aku siap-siap tuk berangkat kuliah tak lupa ku panjatkan do’a untuk kesuksesan adikku Hasyan. Hanya do’a lah yang dibutuhkan San saat ini.
Nasib baik menghampiri San lagi, ia berhasil masuk 2 besar final kontes majalah itu. Begitu bangganya ia sampai-sampai tak ingat lagi akan penyakit didalam tubuhnya.
Aku begitu senang saat mendengarnya, aku berniat datang ke Bandung saat finalnya nanti sebagai kejutan untuk San, aku tak sabar untuk bertemu dengannya kado istimewa pun telah kupersiapkan untuknya. Setiba pulang ke rumah tiba-tiba dada San terasa sakit, jantungnya kumat lagi ia ngos-ngossan berusaha menghirup udara, tetapi dadanya semakin sakit, darah kental keluar dari hidungnya. Mama nya segera melarikannya ke rumah sakit, beberapa menit di perjalanan setiba di rumah sakit dokter langsung memasangkan peralatan medisnya. Lengkaplah sudah penderitaan San ia hanya bisa menangisi penderitaan karena gangguan atau lemah jantungnya itu, kalau sudah kumat badannya akan jadi lemas tak berdaya. Bu Ratih tak berpaling dari sisi putranya dengan berurai air mata kesedihan. Aku mencoba menghubungi Handphone Hasyan tak aktif, begitu pula ku hubungi telepon rumah tak seorangpun yang mengangkatnya. Aku jadi semakin khawatir.
“ Semoga tak terjadi apa-apa pada San, dia kan baru menang 2 besar finalis pasti saat ini ia tengah gembira.” aku tak tahu akan keadaan San saat ini yang kutahu San tengah bahagia akan keberhasilanya.
Hari telah berganti membangunkan San dari tidurnya ia tak tahu dimana ia sekarang, di lihat sekelilingnya terdapat peralatan dokter, bau obat-obatan menyengat di hidungnya. Pernapasan San suah kembali normal ia dapat merasakan udara dengan bebas. Di sebelah kirinya tertidur nyenyak Mamanya. Tiba-tiba Mamanya terbangun.
“ Ah, sayang kamu sudah bangun?”
“ Iya Mah, makasih ya Mah udah jagain San.”
“ Iya sayang, kata dokter kalau San udah agak mendingan San di perbolehkan pulang.” tutur mamanya dengan penuh kasih sayang membelai rambut putranya yang lurus dan hitam.
“ Iya Mah, lagian San juga bosen di rumah sakit mulu’, San pengen pulang aja.” jawab San menggerutu. Bu Ratih hanya mengangguk senyum.
Ku coba lagi tuk menghubungi San, hatiku lega saat ia mengangkatnya. Ku dengar nada suaranya yang tampak lemah.
” Dek San nggak apa-apa kan?”
“ Nggak apa-apa kak, San sehat kok...sorry dari kemarin Hp San mati maklumlah sibuuuk...” jawabnya berusaha menutupi akan perihal sakitnya padaku, tampaknya ia tak mau membuatku khawatir jikalau ia harus menceritakan perihal penyakitnya itu. Aku hanya percaya saja.
“ Kak, jangan lupa datang ya di acara penentuan juara Show San nanti?”
“ Tentu! asalkan San tidak mengecewakan.”
“ Pasti kak, San akan berusaha menampilkan yang terbaik, San optimis bisa dapat juara itu Kak, do’ain aja ya?”
“ Pastinya dek, do’a kakak akan selalu meyertai San deh!”
***
Siang pukul 11.30 WIB, aku bosan di kelas menunggu dosen yang tak kunjung datang. Padahal hari ini pertemuan terakhir mengingat senin besok kami telah ujian semester, kebosananku hanya ku isi dengan mengutak-atik handphonku sambil sms-an pada siapa saja walaupun tidak penting. Bimo yang baru kelihatan batang hidungnya setelah mengisi perutnya yang sudah buncit itu apa lagi kalau bukan makan di kantin, tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang.
“ Gi, betah banget sih di kelas!”
“ Males mau keluar.” jawabku singkat.
“ Eh Gi, liburan ntar kita kemana? hmm...gimana kalau kita ke.....” belum selesai ia bicara langsung ku putus.
“ Aku nggak ikutan liburan kali ini.”
Bimo tampak aneh keheranan mengernyitkan dahinya betapa tidak, karena biasanya aku anak yang paling semangat kalau yang namanya liburan, apalagi kalau liburan bareng anak-anak lainnya karena bisa ngumpul-ngumpul bareng ngabisin waktu liburan.
“ Kenapa Gi? biasanya ikut, nggak asik ah!” ketus Bimo
“ Aku nggak bisa, aku harus ke Bandung liat adikku San, jarang-jarang lho aku punya waktu kesana, aku terpaksa ngorbanin liburanku bareng kalian, i’m so sorry guys...”
“ Nggak asik loe!”
Malam. San termenung di depan cermin memandang kelemahanya yang tak berdaya, hatinya sedih setiap air matanya ia sadar akan kelemahanya yang tak berarti ia takut kalau tiba-tiba saja malaikat menjemputnya. Yang ia khawatirkan adalah bagaimana dengan Mama? akankah ia pergi begitu saja meninggalkan Mama yang ia cintai seorang diri. Besok adalah Finalnya Show Kontes itu San begitu berharap bisa memenangkan kontes itu karena mungkin itu hadiah terakhir untuk mamanya. Ternyata Bu Ratih tengah memperhatikan putranya dari pintu dengan mata berkaca-kaca dan mulai jatuh air mata.
“ Mama sayang San...” peluknya dengan erat, dekapanya penuh dengan tautan kasih sayang seorang Ibu.
“ Kapan ya San bisa bahagiain Mama?”
“ San slalu buat mama bahagia, mama sayang San...” tangis Bu Ratih semakin menjadi- jadi, air mata sungguh tak bisa di bendung. San jadi ikut menagis entah itu cucuran air mata bahagia ataukah cucuran air mata kesedihan. “ Mungkin ini pelukan terakhirku.” itulah isi hati San yang berat untuk di ucapkan.
Pagi telah tiba. Kriiiing!! wekerku berbunyi kencang, aku tercekat dan cepat bangun dari tidurku. Siap mandi setelah mengepakkan segala perlengkapan aku siap-siap berangkat ke Bandara untuk terbang ke Bandung, aku tak sabar untuk bertemu keluarga termasuk adikku San terlebih lagi hari ini final penentuan juara kontes itu pasti San sangat deg-degan hari ini. Akupun optimis ia dapat memenangkanya. Sialnya pesawat menunda jam penerbangan otomatis aku akan telat untuk melihat San dalam kontes itu. Aku menggerutu sendiri di lobi bandara, aku tak tahu harus menyalahkan siapa? San pasti kecewa karena aku belum datang. Acara telah berlangsung aku belum datang-datang juga San mulai cemas. Aku tak dapat menghubunginya HP nya tak aktif bagaimana ini? aku harus cepat, San pasti kecewa. Sementara itu acara berlangsung meriah, dengan bangganya San keluar gedung dengan piala di genggamanya, tak sabar tuk memperlihatkanya padaku, mama San begitu bangga dalam tautan kebahagiaan San. Beberapa saat kemudian San menelponku.
“ Dek San, maafin kakak, pesawat kakak menunda penerbangan. Tapi kakak akan tetep datang menemui San kakak janji!” aku berharap San tak marah padaku.
“ Enggak apa-apa kak, kakak udah mau datang aja San udah seneng kok, San tunggu ya? San juga terima kasih atas semua dukungan dan do’a kakak untuk San selama ini.” tutur San dengan penuh kelembutan.
“ Iya, sama-sama.”
Sorenya aku telah duduk di dalam pesawat. Begitu semangatnya aku tuk menemui San, sangking sayangnya aku terhadapnya. Aku sempat tertidur dalam tidurku aku bermimpi aneh, aku melihat San tengah bermain bersama adik kandungku Ricky yang telah almarhum. Firasat apakah ini? benar saja, semua kebahagiaanya tiba-tiba hilang raut wajah San yang senang berubah. Semua yang menyaksikkan ikut panik, San tiba-tiba saja memegangi dadanya dengan kesakiatan. Jantungnya kumat lagi, dadanya sesak pernapasannya terganggu ia ngos-ngosan berusaha menghirup udara, tetapi dadanya kiat sakit. San terbatuk dan mengeluarkan darah kental. Mamanya panik tak henti-hentinya air mata mengalir dan menetesi wajah San dalam dekapan mamanya. San sempat berkata “Mama...” itu kata terakhir yang diucapkanya. Tangisan Bu Ratih semakin menjadi-jadi.
Aku telah sampai tepat di depan pagar rumah San, aku melihat pemandangan yang berbeda begitu ramai orang. Ada apa ini? aku semakin mendekat. Sore hari yang kelam bendera kuning telah berkibar dalam kebisuan. San telah di sambut oleh maut, malaikat telah membawa San terbang ke langit. Aku tak sempat melihatnya. Hadiah yang kubawakan untuk San tiba-tiba lepas dari genggamanku. Angin sore berjalan dalam derita dan kedukaan, semua yang menyaksikkan bercucur air mata, terlebih Bu Ratih seorang mama yang sangat mencintai putranya. Dadaku sesak aku tak bisa menagis aku hanya terdiam dalam kedukaan. San sudah terbebas dari belenggu penyakitnya ia sudah tenang di alamnya. Hilang semua angan-anganku untuk menghabiskan masa liburan bersamanya. Kakak sayang dek San...

The End

" Cerpen ini terinspirasi dari kehidupan seseorang yg q sayangi "

Jumat, 01 Juli 2011

Alam Sekitar Kita


BURUNG HANTU


Ngomong2 burung hantu,apakah hewan satu ini bener2 hantu?
Ternyata tidak!
Burung hantu merupakan salah satu hewan yang menakjubkan. Hewan ini berburu pada saat malam hari. Burung hantu mengandalkan penglihatanya yang sanagat tajam dan hebat. Burung hantu memiliki penglihatan yang dapat melihat pergerakan mangsa yang berukuran kecil sekalipun, di tempat yang gelap dalam jarak yang cukup jauh. Di malam hari, burung hantu mengamati mangsanya berupa tikus atau hewan kecil dari atas dahan pohon. Mata burung hantu, telah teradaptasi untuk melihat dengan baik ditempat yang gelap, terutama pada malam hari saat burung ini beraktivitas. Burung hantu mampu mengontrol jumlah tikus di suatu ekosoistem atau tempat terutama di daerah pertanian. Tikus sering merusak hasil pertanian. Adanya burung hantu di daerah pertanian sangat membantu para petani sekitar dari gangguan hama tikus. WAHH ternyata burung hantu bermanfaat juga ya? rupanya aktifitas burung satu in yaitu pada malam hari makanya di sebut burung hantu....begitu...

Di kutip dari buku"HEWAN YANG MENAKJUBKA" oleh: Agus Mawardi,H.S.Si

Alam Sekitar Kita


PINGUIN

Siapa yang tak kenal dengan hewan lucu ini?
Pinguin merupakan burung yang tidak dapat terbang, sayap pinguin telah teradaptasi untuk mendayung saat menyelam. Pinguin mencari makan di dalam laut. Makanannya adalah ikan kecil dan udang-udangan. Pinguin mampu menyelam dengan kecepatan 6-12 km/jam di dalam air. Pinguin mampu bertahan di habitatnya yang sangat dingin karena memiliki kulit yang tebal. Tubuh pinguin memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih. Warna hitam pada punggungnya memiliki fun gsi untuk menyerap panas dari sinar matahari. Warna putih di tubuhnya tersebut berfungsi membantu penyamaran dengan lingkungannya agar terhindar dari predator.


Di kutip dari buku"HEWAN YANG MENAKJUBKAN" oleh: Agus Mawardi,H.S.Si

Kenali Alam Sekitar Kita


JERAPAH

Jerapah merupakan hewan tertinggi yang ada. Jerapah jantan rata-rata lebih tinggi di bandingkan jerapah betina. Jerapah jantan mampu mencapai tinggi 5 meter lebih dan beratnya mampu mencapai 2 ton, sedangkan jerapah betina tingginya mencapai 4 meter dengan berat badan mencapai 1 ton lebih. Meskipun memiliki tubuh besar jerapah mempu berlari dengan kecepatan 56 km/jam. Jerapah memiliki tubuh yang ciri khas, yaitu memiliki leher yang panjang. Lidah jerapah memiliki panjang sekitar 40-50 cm, lidah ini berfungsi membelit salah satu pucuk daun akasia. Pohon akasia merupakan pohon yang cukup tinggi , akan tetapi jerapah tidaklah mengalami kesulitan memakan pucuk daunnya karena tubuhnya yang tinggi. Hal yang menarik dari jerapah adalah saat minum, karena lehernya yang panjang, kedua kaki depannya harus di renggangkan terlebih dahulu agar bisa minum. Selain itu jerapah tidur dengan posisi berdiri, Hal ini bertujuan agar terhindar dari predator utamanya, yaitu singa. Saat terancam jerapah membela dirinya dengan menendangkan kaki belakang sekerasnya ke musuh. Jerapah memiliki usia yang cukup panjang, dialam bebas jerapah mampu bertahan hidup hingga 26 tahun.


Di kutip dari buku "HEWAN YANG MENAKJUBKAN" oleh: Agus Mawardi,H.S.Si

REZA MAHARDIKHA


REZA PHALEVI MAHARDHIKA PUTRA
MENCOBA SEKARANG SIBUK SCHOOL AND NGEBAND BARENG ESA SIGIT AND TEMAN2 NYA YANG LAIN “LYDHIECHAN” ITULAH NAMA BAND MEREKA YAACH WALAUPUN BELUM BEGITU DIKENAL BANYAK ORANG ,KARENANYA SEKARANG REZA HANYA FOKUS AMA SCHOOL AND BAND NYA MAKANYA SEKARANG REZA TAK NAMPAK NONGOL DI LAYAR PERSINETRONAN,PADAHAL SEBELUMNYA DIA BANYAK SUDAH MAIN SINEMA2 DISCTV YANG MEMBUAT NAMANYA DIKENAL BANYAK ORANG
Pengen sih liat dia main sinetron lagi but .....mungkin gak bakal seseru dulu lagi kali yaaah,coz...sekarang kan dia udah dewasa jadi ga bakal selucu kayak dulu di serial mr.boy nya,padahal banyak banget fans nya yang pengen liat dia nongol lagi di tv,BANYAK YANG NGEFANS di FACEBOOK nya,SEKARANG mungkin dia fokus ma school n band nya,Berbeda dengan sahabatnya ESA SIGIT yang ampe skarang masih tetep Eksis di sinetronnya yang membut namanya makin dikenal orang makin banyak fansnya,Harapanya sich...semoga REZA PHALEVI tetep eksis juga didunia ENTERTEIN COZ banyak fans yang merindukan AKTINGNYA yang lucu itu.....apalagi waktu akting di MR,Boy lucu..banget ya ngak seech. And.......semoga REZA NGGAK Pernah lupa sama fans-fans nya ,Sukses aja buat karier and band nya semoga busa sukses seprti band-band lainnya,thanks....banget udah memberikan gue kesempatan tu!k nulis artikel REZA PHALEVI MAHARDHIKA PUTRA. ALL THE BEST

your’e fans

Gita Bahana Nurul Iman

Drum Band Gita Bahana Nurul Iman
Drum Band Gita Bahana, inilah salah satu kegiatan Ekstrakulikuler SMP-SMA Islam Al-Arief Sebapo KM.18 sekarang mulai menampakkan kesuksesan terlihat dari banyak nya even-even yang menghadirkan GITA BAHANA ini, siswa-siswi yang sibuk dengan kegiatan sekolah juga sibuk dengan latihan drum band satu minggu sekali yakni setiap hari minggu mereka latihan, demi melatih kekompakkan. Drum Band yang didirikan sejak tahun 2007 ini selalu aktif setiap even khataman di Pon.Pes Nurul Iman Sebapo. Partisipasi dan keseriusan anggota sangat berpengaruh dalam kesuksesannya, sekarang yang di pimpin oleh Reny Sebagai Gitapati yang semula sebagai Mayoret, berubah profesi mengingat pemimpin sebelumnya telah menamatkan sekolahnya di Al-Arief. Namun tak merubah akan kekompakan para anggota, pada tanggal 26 juni 2011 DRUM BAND GITA BAHANA ini baru saja menampilkan aksi mereka dalam acara rutin tahunan Pon.Pes Nurim yaitu khotmil qur’an atau yang dikenal dengan khataman yang sudah menjadi tradisi Nurim setiap tahunnya sebagai even santri yang mewisuda / menghatamkan Al-Qur’an, Umrity, dan Alfiyah. Sukses terus buat Drum Band Gita Bahana Nurim.


by: agus sholihin

KETIKA CINTA BERTASBIH

KETIKA CINTA BERTASBIH
Siapa yang tak kenal dengan judul yang satu ini selain populer dengan lagu yang di bawakan oleh teh Melly juga sangat populer di kenal dengan dengan film yang dikenal KCB yang sukses menghipnotis pemirsa pecinta dunia perfilman, ya film yang di angkat dari sebuah Novel Habiburrohman ini benar-benar kaya akan kedramatisan alur cerita dengan banyak makna dan hikmah-hikmah didalamnya. Selain itu film KCB juga banyak di bintangi oleh artis-artis yang profesional walaupun banyak pemeran yang masih baru namun tetap berkualitas salah satunya yang menjadi peran Ana, Husna, Azzam dan Furqon, meskipun terbilang baru tapi peran yang mereka mainkan benar-benar bagus tak kalah dengan artis-artis lama, karena memang untuk menjadi pemeran dalam film ini melalui casting yang panjang dan memang orang-orang yang terpilih saja yang memerankan sebagai pemain dalam KCB, selain pembawaan para pemain yang bagus di tambah lagi alur cerita dan lokasi yang sangat mendukung, ya cerita yang mengambil lokasi di mesir ini lah yang membuat ceritanya semakin menarik. Namun untuk KCB 2 lokasinya diambil di Indonesia tapi tak merubah kebagusan cerita KCB ini. Sebagai pecinta Film pastinya sangat di tunggu-tunggu film-film selanjutnya. THANKS.....
by: Agus Sholihin Al-Abrar