Minggu, 21 Oktober 2012

Cerpen: Sepenggal Cinta di Danau Sipin

Sepenggal Cinta di Danau Sipin
By: Agus SHolihin Al-abrar

Danau indah sejuk nan asri tampak sepasang angsa putih menikmati sejuknya air. Sepasang angsa itu terlihat bahagia menikmati indahnya suasana pagi itu. Sementara sekawanan angsa lainnya asik memadu kasih bermandikan air danau yang jernih dan segar. Burung-burung berkicau di angkasa raya, kupu-kupu berkumpul merubungi kemekaran bunga-bunga di sekitar danau, tak seorangpun menyangka akan keindahan danau. Danau yang bening, air tenang. Menenangkan ikan-ikan yang asik berenang bersama sekawananya. Sepasang angsa putih terlihat bersuka ria di kesejukan air danau, sesekali sayap mereka dikibas-kibaskan dengan percikan air, sungguh keharmonisan seorang kekasih.
Begitu pula dua sahabat ini.  Helen gadis kecil yang cantik, Karel anak laki-laki yang tampan. Mereka juga tengah asik menikmati suasana pagi di danau itu. Sudah hampir enam tahun mereka kenal dan akhirnya menjadi bersahabat. Mereka sudah berada di danau sejak subuh tadi untuk menyaksikan terbitnya fajar menyinsing sampai sang Raja siang terlihat.
“ Helen, coba deh lihat angsa itu kelihatannya mereka selalu sama-sama terus ya?”
“ Ya, tentu saja mereka adalah sepasang angsa yang setia, mereka rukun dan tidak pernah berpisah. Sang jantanpun selalu menjaga angsa betina.”
“ Aku ingin seperti angsa itu.” Sambung Karel
“ Rel, jika kamu menjadi angsa jantan itu apa yang akan kamu lakukan untuk angsa betina?”
“ hmmm, tentu saja sama sepert angsa jantan itu, aku akan selalu menjaga dan setia kepada sang betinanya, aku akan melindungi dan menjaganya dari ancaman bahaya.”
“ Jika aku yang jadi angsa betinanya?” Tanya Helen lagi
“ Kau ini, tentu saja aku akan menjagamu, kita kan sahabat.”
Malam hari
Karel dan keluarganya tengah menikmati amkan malamnya. Karel terlihat senyum-senyum sendiri membuat sang Ibu heran.
“ Karel? Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?”
“ …sepertinya lagi bahagia.” Sambung Ayah
“ Engggak ada apa-apa kok .”
Tiba-tiba Ayah memulai pembicaraan.
“ Oh ya  karel. Kalau kamu lulus dengan nilai yang bagus Ayah akan memasukan kamu ke sekolah unggul di Jakarta.”
Karel sambil menyuap tiba-tiba tersedak.
“ a, ap,apa Yah! Ayah mau aku sekolah di Jakarta?”
“ Kan kamu sendiri yang minta ingin masuk ke sekolah yang unggul dan populer, kan?”
“ Ya, tapi nggak jauh-jauh ke Jakarta juga kali Yah.”
“ Karel!!” sahut Ibu
“ Aku nggak mau pindah jauh-jauh Bu, Yah. Aku pengen disini aja.”
“ Tapi Ayah kan juga harus pindah tugas ke Jakarta, jadi kita semua harus pindah.”
Karel menghentakkan sendok ke piring, sehingga mengagetkan kedua orang tuannya. Ibu karel memandang sabar.
Esoknya…
Sepulang sekolah Helen dan Karel ke danau, mereka melihat sekawanan angsa yang sedang memadu kasih di air yang jernih. Mereka basahi tubuh mereka.
Karel mengeluarkan sebuah boneka kecil berbentuk angsa putih.
“ Len, cantik kan? Aku sengaja membelinya buat kamu.”
“ Buat aku? Makasih ya Rel.”
“ Helen, kamu janji ya kita akan selalu jadi sahabat. Danau ini jadi saksinya, loh.”
“ Iya, aku janji.Kamu juga ya.”
Sementara itu Karel masih memikirkan akan kepindahannya, haruskah Helen tahu akan kepindahannya. Karel coba untuk ngomong.
“ Helen, aku ingin bicara penting sama kamu. Kalau aku…aku…aku akan…” belum selesai ia bicara tiba-tiba saja setetes darah keluar dari hidung Helen. Sampai Karel lupa dengan yang akan di sampaikan
“ Len kamu nggak apa-apa?”
“ Engggak apa-apa aku Cuma mimisan kok.” Sambil mengusapnya
“ Sebaiknya kita pulang yuk!”
Malam hari
“ Apa! Ke danau? Malam-malam gini?”
“ Ayolah, ada sesuatu yang ingin aku tunjukin sama kamu.”
“ Ok deh” Helen mengambil syal dan mereka berangkat ke danau.
Karel akan memberikan kejutan yang belum pernah Helen lihat sebelumnya. Dengan mata di tutup Helen diboyong ke pinggir Danau. Walau malam hari tetapi terangnya bulan mala mini jadi lampu sendiri di malam hari.
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik …
Ketika itu pula tiba-tiba segerombolan makhluk bercahayamenghiasi malam di danau menambah warna di malam itu. Ya, kunang-kunang malam bermunculan menghiasi danau berkelap-kelip bagai lampu hias.
“ Satu, dua, tiga. Sekarang kamu boleh buka mata.” Ujar Karel memberi kejutan. Perlahan-lahan Helen membuka kedua kelopak  matanya. Segerombolan kunang-kunang malam beterbangan di hadapannya puluhan, bahkan ratusan, terlihat indah sekali. Ikan-ikan, katak, angsa dan hewan sekitar danau seperti terbangun tidak ingin melewati malam indah ini.
“ Wahh….indahnya….”
Keduanya memandang ke angkasa. Melihat sang kunang-kunang terbang tinggi.
6 Tahun kemudian…
Helen berdiri sendiri di tepi danau. Ia menatap iri pada sepasang angsa putih yang terlihat begitu mesranya. Sekawanan hewan itu sepertinya menyambut pagi dengan penuh bahagia. Tetapi tidak bagi Helen ia termenung sendiri mengingat kembali kenangan bersama sahabat nya dulu di Danau ini. Danau ini menjadi saksi persahabatan mereka. Ya, Karel dan Helen. Kenapa karel pergi begitu saja setelah kelulusan mereka di sekolah dasar yang mempertemukan mereka berdua dan menjadi sahabat sepermainan di danau tempat mereka bermain. Boneka angsa masih di genggaman Helen. Berharap sepenggal cinta ini akan mejadi indah.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar