Senin, 08 Oktober 2012

Cerpen: Ramadhan Kali Ini



“Ramadhan Kali Ini”

                                                                                     By: Agus Sholihin Al-Abrar
“ Diki!!!”
“ Bangun Flo, kamu mimpi lagi.”
Flora langsung memeluk Mamahnya, ia lagi-lagi bermimpi yang sama tentang Diki, suaminya yang baru meninggal 3 bulan yang lalu. Padahal mereka adalah pasangan yang terbilang muda. Baru 2 tahun pernikahannya dengan Diki Flora harus kehilangan sang suami karena kecelakaan mobil yang dikendarainya.
Isak tangis Flora kian menjadi saat sang suami hadir dalam mimpinya. Karena kasih sayang yang begitu besar sehingga Diki selalu membayangi kehidupan Flora.
Paginya, Flora berangkat ke kantor seperti biasanya, walau badannya tampak pucat ia bersikeras berangkat kerja. Mamahnya yang khawatir tidak tega dengan kondisi putrinya yang kian drop.
“ Flo, sebaiknya kamu istirahat saja dulu. Kamu sangat pucat sayang…” tutur mamah penuh perhatian.
“ Enggak apa-apa mah, Flo baik-baik aja kok, mamah nggak usah khawatir. Udah lama Flo nggak masuk kerja, Flo bosan dirumah.”
“ Ya udah, tapi kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa segera hubungi mamah.”
“ Ya, mah.”
Flora berangkat dengan mobil hitamnya. Dalam perjalanan memang kebetulan Flo mengendarai dalam keadaan kurang kosentrasi. Tanpa sepengetahuannnya, telah melintas hendak menyebrang seorang lelaki.
“ Tinnnnn!!!” Suara klakson memecah keheningan pagi.
Mobil Flora berhenti mendadak, untung saja tidak menabrak lelaki tersebut.
Flora kaget di buatnya, hampir saja ia menghilangkan nyawa seseorang. Sementara Lelaki itu langsung memburu mobil Flo.
“ Heh! Loe bisa nyetir nggak sih, mata loe dimana!” ia marah-marah menggedor-gedor jendela kaca mobol flo.
“ Sorry-sorry gue nggak se….e.” Flo berhenti berkata saat ia membuka jendela kaca mobilnya, lelaki yang di hadapannya memiliki rupa yang persis dengan wajah suaminya Diki. Flo kaget dan melongo.
“ Diki???”
“ Diki-diki, gue Idik, eh mba’ lain kali hati-hati kalau bawa mobil. Jangan melamun, bahaya! Ceroboh banget sih!” lelaki yang mengaku bernama Idik itu bicara kesal dan ketus pada Flo.
Sementara flo tidak percaya apa yang ia lihat sekarang. Benarkah dia Diki?
“ Iya maaf, aku nggak sengaja.”
Tanpa kata-kata laki-laki itu pergi begitu saja. Setelah sadar lelaki yang bernama Idik tersebut sudah pergi, Flo baru akan mengejarnya. Tapi sayang tidak keburu. Karena Diki sudah masuk angkot duluan.
Sejak hari itu Flora mendadak ceria, ia selalu semangat berangkat kerja, sambil berharap ia bisa bertemu kembali dengan Idik, yang wajahnya serupa dengan Diki, mendiang suaminya.
Namun sudah tiga hari setelah peristiwa itu, Flo tidak pernah bertemu dengan Idik lagi, di hari ketiga ini ia masih menunggu siapa tahu  bisa kembali bertemu dengan lelaki yang bernama Idik itu. Mungkin karena wajahnya yang mirip dengan Diki, inilah yang membuat Flo masih penasaran. Walaupun yang satu ini lebih terlihat sombong.
“ Apa aku bermimpi ya waktu itu bertemu dengan orang yang mirip mas Diki” ia mendesah sesal.
“ …aku kebanyakan menghayal, aku terlalu mengharapkan mas Diki, Flo ingat! Mas Diki udah tenang di sana!” ia meyakini dirinya sendiri, berusaha sadar akan kehilangan suaminya.
“ Aku harus sadar, aku nggak mau lama-lama bisa gila kalau terus-terusan seperti ini”
Ia kembali kedalam mobil, baru starter dibunyikan, tiba-tiba ia melihat sosok yang tidak asing lagi. Ya, lelaki itu. Itu yang kemarin. Segera Flo keluar dari mobil memburu Idik yang sedang menunggu angkot.
“ Diki…!!” pekiknya
Lelaki itu menoleh.” Loe lagi?”
“ Akhirnya…”
“ Akhirnya kenapa?”
“ Akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi Diki.”
“ Nama ague Idik, bukan Diki”
“ Eh, iya maaf. Diki” Senang hati Flo bisa kembali bertemu, kebahagiaannya tidak tergambarkan saat itu.
“ Sebagai permintaan maaf, kamu mau ya sore ini buka puasa bareng aku.”
Idik masih bengong.
“… buka puasa sama loe?nggak bisa gue udah ada janji!”
“ Please, sekali seumur hidup” pintanya memelas
Idik masih tampak berfikir sejenak lalu berkata.” Ok”
Sore itu, mereka buka puasa bersama di salah satu rerstoran dekat rumah, segala makanan di pesan demi menyenangkan hati Idik.
“ Dik, makasih ya”
“ Untuk?”
“ Untuk kebersamaannya udah mau buka bareng”
“ Ya, biasa aja kali’.”
Hati kecil Flo berkata.” Siapapun kamu, Diki ataupun Idik, Aku tetap sayang kamu.”
Namun sejak saat itu, Flo tidak pernah bertemu lagi dengan Idik, seakan dia menghilang begitu saja di telan bumi. Entah kemana. Namun pertemuan itu sangat berarti bagi Flo di Ramadhan kali ini.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar