Jumat, 07 Oktober 2011

CERPEN REMAJA



SAMPAI MENUTUP MATA

Oleh: Agus Sholihin Al-Abrar

Di hari yang cerah dan udara yang sejuk membuat Sofia semakin segar dalam menghirup udara pagi yang segar tanpa sentuhan polusi dalam suasana pagi ini. Betapa tidak, telah lama Sofia hanya menghirup bau obat-obatan di rumah sakit, bosan sudah rasanya Sofia yang harus merasakan bau obat-obat yang benar-benar menyengat penciumanya. Kini berkat kesembuhannya Sofia dapat menikmati udara lepas dan segar. Tepat di bawah pohon rindang di belakang rumah, Sofia duduk sendiri menikmati semilirnya angin pagi kesejukannya membuatnya mengantuk.
Mamah nya sedari tadi memperhatikan putrinya dari kejauhan di balik pintu rumah. Ia kawatir dengan keadaan Sofia mengingat kondisi putrinya yang masih dalam pemulihan, Mamah tidak ingin terjadi apa-apa pada putri satu-satunya ini. Maklum saja Sofia baru saja dalam pemulihan setelah di vonis dokter penyakit yang di deritanya yaitu Leukimia yang dapat merenggut nyawanya. Perlahan Mama menghampiri.
“ Senangnya anak Mamah...” Ujar Mama mengelus rambut lurus putrinya.
Sofia tersenyum.” Senang ya Mah, kalau kita bisa seperti ini terus menerus. Rasanya semua beban hilang.”
“ Iya sayang, alangkah indahnya hidup ini apabila kita mensyukuri nikmat Tuhan yang melimpah ini, karena nikmat-Nya lah kita dapat menghirup udara segar pagi ini tanpa hiruk pikuk polusi yang mengganggu pernafasan kita, kita harus bersyukur.” Lanjut Mamah.
“ Oh ya Mah, Papa kapan pulang?” Tanya Sofia, mengingat Papa nya yang masih di luar kota. Papanya yang sibuk menyebabkan hilir mudik untuk mencari nafkah demi menhidupi kebutuhan keluarganya, Sofia benar-benar memahami itu. Makanya dia memaklumi kenapa Papanya jarang ada di rumah.
“ Sayang, Mamah kembali ke dapur ya masih ada pekerjaan yang belum di selesaikan, kalau kamu ngantuk kembali ke kamar saja yah. Kamu kan baru sembuh...” Tutur Mama khawatir.
“ Iya Mah, aku masih ingin di sini.”
“ Ya sudah, Mamah tinggal dulu.” Sambung Mamah.
Mamah kembali ke dapur, Sofia termenung sendiri menikmati lantunan udara segar dalam tautan suasana pagi yang sepi dari keramaian. Gadis belia ini rasanya ingin terus menerus menikmati cahaya mentari, ia tak mau memejamkan mata takut kalau-kalau ketika terbangun ia tak dapat lagi merasakan kesegaran pagi lagi.
Raja siang mulai terik membuat Sofia mengantuk. Ia pun pergi ke kamar untuk tidur siang. Dalam tidurnya Sofia bermimpi sedang tidur di padang rumput yang hijau dan luas, entah dimana. Tak satupun orang di lihatnya. Ia berteriak tak satupun orang menyahutinya Sofia semakin takut dibuatnya.
“ Tolooong..!” Teriaknya.
Mamah yang mendengar berlari ke kamar. Sofia terbangun.
“ Ada apa sayang? Kamu kenapa?”
Sofia berkeringat. “ Aku mimpi aneh Mah, Aku mimpi di padang rumput yang luas tak seorangpun Aku temui Mah, Aku takut...” Ia memeluk Mamahnya erat-erat. Mama mulai menenangkan putrinya yang baru bermimpi buruk. Sofia menangis dalam dekapan mamahnya.
“ Jangan takut sayang kamu cuma mimpi kok, ada Mamah di sini.”
Esok harinya seperti biasanya Sofia menghirup udara pagi yang segar. Entah mengapa hari ini Sofia sangat bahagia sekali. Seperti dunia bagai miliknya seorang, kebahagiannya sulit di ungkapakan dengan kata-kata.
“ Mah, maafin Sofia kalau selama ini hanya menyusahkan Mama.” Tuturnya.
“ Tidak apa-apa sayang, apapun akan Mamah lakukan demi kebahagiaan anak Mamah.” Kata Mamah membelai rambut hitam putrinya yang tergerai rapih.
“ Mah, Sofia pamit ya...” Sedih Sofia tak terasa matanya mulai berkaca-kaca. Ia peluk mamanya dengan penuh kasih sayang antara anak kepada ibunya.
“ Duh....kok sampai segitunya sih? kamu kan cuma mau ke taman kok sampai sedih gitu.” Belai sayang mamanya.
Mamah tak memahami arti pamit yang di ucapkan putrinya. Bukanlah pamit karena ingin ke taman melainkan pamit untuk pergi selama-lamanya. Karena Sofia telah merasakan firasat akan kepergiannya. Sofia pun pergi ke taman dekat rumah dengan senyum bahagia. Terasa hilang semua beban dalam hidupnya termasuk penyakit yang akan merenggut nyawanya. Semilir angin pagi membawanya pada pohon rindang yang teduh, Sofia duduk dibawahnya memandangi sekawanan burung yang tengah memadu kasih di rumput hijau. Kupu-kupu terbang mengelilinginya. Tiba-tiba darah mengalir dari hidungnya. Ia mimisan terasa bau darah dalam penciumannya.
“ Aku mimisan lagi.” Ujarnya dalam hati.
Di bersihkan darah mimisan dengan sapu tanganya. Ia berbaring bersandar pada batang pohon yang besar itu. Perlahan matanya mulai redup. Perlahan tapi pasti dalam keredupan matanya Sofia melihat sesosok di hadapannya. Tubuhnya putih bercahaya. Akhirnya kedua matanya lelap tak berkedip lagi. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan seberkas senyum di pipinya. Mimpinya telah menandai akan kepergiannnya.
Kala itu sang Mamah hanya menangis terseduh saat menyaksikan putrinya telah di sambut oleh maut. Malaikat dengan bangga membawa putrinya terbang ke langit.
Sofia...hidupnya sampai menutup mata...
The End

2 komentar:

  1. Sumpah, Merinding saya bacanya....
    Dari tadi Terbang dari satu blog ke blog yang laen, asek ketemu sama sad ending terus....
    ck ck ck.
    Over All, Nice Story....

    BalasHapus
  2. thanks dah baca and comment nya. saya memang hoby buat story yg sad ending. thanks

    BalasHapus