Sepenggal Cinta di Danau Sipin
By:
Agus SHolihin Al-abrar
Danau indah sejuk nan
asri tampak sepasang angsa putih menikmati sejuknya air. Sepasang angsa itu
terlihat bahagia menikmati indahnya suasana pagi itu. Sementara sekawanan angsa
lainnya asik memadu kasih bermandikan air danau yang jernih dan segar.
Burung-burung berkicau di angkasa raya, kupu-kupu berkumpul merubungi kemekaran
bunga-bunga di sekitar danau, tak seorangpun menyangka akan keindahan danau.
Danau yang bening, air tenang. Menenangkan ikan-ikan yang asik berenang bersama
sekawananya. Sepasang angsa putih terlihat bersuka ria di kesejukan air danau,
sesekali sayap mereka dikibas-kibaskan dengan percikan air, sungguh
keharmonisan seorang kekasih.
Begitu pula dua sahabat
ini. Helen gadis kecil yang cantik,
Karel anak laki-laki yang tampan. Mereka juga tengah asik menikmati suasana
pagi di danau itu. Sudah hampir enam tahun mereka kenal dan akhirnya menjadi
bersahabat. Mereka sudah berada di danau sejak subuh tadi untuk menyaksikan
terbitnya fajar menyinsing sampai sang Raja siang terlihat.
“ Helen, coba deh lihat
angsa itu kelihatannya mereka selalu sama-sama terus ya?”
“ Ya, tentu saja mereka
adalah sepasang angsa yang setia, mereka rukun dan tidak pernah berpisah. Sang
jantanpun selalu menjaga angsa betina.”
“ Aku ingin seperti angsa
itu.” Sambung Karel
“ Rel, jika kamu menjadi
angsa jantan itu apa yang akan kamu lakukan untuk angsa betina?”
“ hmmm, tentu saja sama
sepert angsa jantan itu, aku akan selalu menjaga dan setia kepada sang betinanya,
aku akan melindungi dan menjaganya dari ancaman bahaya.”
“ Jika aku yang jadi
angsa betinanya?” Tanya Helen lagi
“ Kau ini, tentu saja aku
akan menjagamu, kita kan sahabat.”
Malam hari
Karel dan keluarganya
tengah menikmati amkan malamnya. Karel terlihat senyum-senyum sendiri membuat
sang Ibu heran.
“ Karel? Kamu kenapa
senyum-senyum sendiri?”
“ …sepertinya lagi
bahagia.” Sambung Ayah
“ Engggak ada apa-apa kok
.”
Tiba-tiba Ayah memulai
pembicaraan.
“ Oh ya karel. Kalau kamu lulus dengan nilai yang bagus
Ayah akan memasukan kamu ke sekolah unggul di Jakarta.”
Karel sambil menyuap
tiba-tiba tersedak.
“ a, ap,apa Yah! Ayah mau
aku sekolah di Jakarta?”
“ Kan kamu sendiri yang
minta ingin masuk ke sekolah yang unggul dan populer, kan?”
“ Ya, tapi nggak jauh-jauh
ke Jakarta juga kali Yah.”
“ Karel!!” sahut Ibu
“ Aku nggak mau pindah
jauh-jauh Bu, Yah. Aku pengen disini aja.”
“ Tapi Ayah kan juga
harus pindah tugas ke Jakarta, jadi kita semua harus pindah.”
Karel menghentakkan
sendok ke piring, sehingga mengagetkan kedua orang tuannya. Ibu karel memandang
sabar.
Esoknya…
Sepulang sekolah Helen
dan Karel ke danau, mereka melihat sekawanan angsa yang sedang memadu kasih di
air yang jernih. Mereka basahi tubuh mereka.
Karel mengeluarkan sebuah
boneka kecil berbentuk angsa putih.
“ Len, cantik kan? Aku
sengaja membelinya buat kamu.”
“ Buat aku? Makasih ya
Rel.”
“ Helen, kamu janji ya
kita akan selalu jadi sahabat. Danau ini jadi saksinya, loh.”
“ Iya, aku janji.Kamu
juga ya.”
Sementara itu Karel masih
memikirkan akan kepindahannya, haruskah Helen tahu akan kepindahannya. Karel
coba untuk ngomong.
“ Helen, aku ingin bicara
penting sama kamu. Kalau aku…aku…aku akan…” belum selesai ia bicara tiba-tiba
saja setetes darah keluar dari hidung Helen. Sampai Karel lupa dengan yang akan
di sampaikan
“ Len kamu nggak
apa-apa?”
“ Engggak apa-apa aku
Cuma mimisan kok.” Sambil mengusapnya
“ Sebaiknya kita pulang
yuk!”
Malam hari
“ Apa! Ke danau?
Malam-malam gini?”
“ Ayolah, ada sesuatu
yang ingin aku tunjukin sama kamu.”
“ Ok deh” Helen mengambil
syal dan mereka berangkat ke danau.
Karel akan memberikan
kejutan yang belum pernah Helen lihat sebelumnya. Dengan mata di tutup Helen
diboyong ke pinggir Danau. Walau malam hari tetapi terangnya bulan mala mini
jadi lampu sendiri di malam hari.
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik …
Ketika itu pula tiba-tiba
segerombolan makhluk bercahayamenghiasi malam di danau menambah warna di malam
itu. Ya, kunang-kunang malam bermunculan menghiasi danau berkelap-kelip bagai
lampu hias.
“ Satu, dua, tiga.
Sekarang kamu boleh buka mata.” Ujar Karel memberi kejutan. Perlahan-lahan
Helen membuka kedua kelopak matanya.
Segerombolan kunang-kunang malam beterbangan di hadapannya puluhan, bahkan
ratusan, terlihat indah sekali. Ikan-ikan, katak, angsa dan hewan sekitar danau
seperti terbangun tidak ingin melewati malam indah ini.
“ Wahh….indahnya….”
Keduanya memandang ke
angkasa. Melihat sang kunang-kunang terbang tinggi.
6 Tahun kemudian…
Helen berdiri sendiri di
tepi danau. Ia menatap iri pada sepasang angsa putih yang terlihat begitu
mesranya. Sekawanan hewan itu sepertinya menyambut pagi dengan penuh bahagia.
Tetapi tidak bagi Helen ia termenung sendiri mengingat kembali kenangan bersama
sahabat nya dulu di Danau ini. Danau ini menjadi saksi persahabatan mereka. Ya,
Karel dan Helen. Kenapa karel pergi begitu saja setelah kelulusan mereka di
sekolah dasar yang mempertemukan mereka berdua dan menjadi sahabat sepermainan
di danau tempat mereka bermain. Boneka angsa masih di genggaman Helen. Berharap
sepenggal cinta ini akan mejadi indah.