Cinta Anak Sekolahan
Oleh: Agus Sholihin Al-Abrar
Pagi seperti biasanya Alan, anak ABG yang selalu bolos ketika pelajaran sedang berlangsung, kemana lagi kalau bukan ngeceng ke Mall, mencari gadis-gadis cantik sebagai incaranya. Ia tak pernah serius dalam belajar di sekolah. Malah ia termasuk siswa yang suka bikin ulah, selalu buat masalah disekolah dan selalu bolos sekolah hanya untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak penting. Tak heran jika di sekolah ia selalu di panggil kepala sekolah dan scor lah yang selalu dihadiahkan untuknya. Dengan wajah yang pas-pasan jelas-jelas tak seorang wanitapun yang terikat kepadanya. Ia termenung.
“ Ahh..!bosan gue lama-lama, enaknya ngapain ya? Mau balik kesekolah males banget, bosen gue belajar.” Ia termenung sejenak.” Ahaa... ngeceng ke kampus ahh.”
Alan segera pergi ke kampus ternama yang tak jauh dari SMA nya. Ia mulai masuk gerbang.
“ Maaf dek, anak SMP atau SMA dilarang masuk kampus!” sahut salah satu satpam yang tampak seram dengan kepala gundulnya.
“ Kenapa gak boleh! Inikan bukan kampus bapak!” sewot Alan menggerutu.
“ Ini sudah menjadi peraturan kampus! Lagian kamu bukanya sekolah belajar! Malah keluyuran dikampus, ini bukan tempat kamu.” Ujar Satpam satunya lagi dengan sewotnya.
“ Ya suka-suka gue dong, sewot banget!”
Ketika itu seorang mahasiswi dengan perawakan cantik baru turun dari mobil Jazz nya. Alan terkesima dibuatnya.
“ Wow...cantik banget tuh cewek, ini baru inceran gue.”
Baru ia melangkah tangannya langsung ditarik kedua satpam tersebut.
“ Hei! Udah dibilangin kamu gak boleh masuk, bandel banget sih!” Satpam itu tampak kesal.
“ Yee bapak apa-apaan sih saya bukan anak kecil lagi tahu! Biarin napa! Saya mau nemuin cewek tadi.”
“ Pokoknya kamu tidak boleh masuk, ntar malah buat onar lagi!”
“ Ya udah deh, saya kagak masuk tapi ada syaratnya? Bapak harus kasih tahu siapa nama cewek tadi, ok!” sahutnya seraya menaikan sebelah alis matanya.
“ Kagak bisa!”
“ Ya udah kalau begitu biarin saya masuk.”
“ Jangan-jangan!”
“ Makanya, kasih tahu dong.”
“ Iya deh, mba’ yang tadi namanya Bunga, dia anak dari Kepala Rektor kampus ini. Jadi mana pantes sama anak ingusan kayak kamu gini. Sudah-sudah cepat pergi kamu dari sini!”
“ Iya-iya saya pergi!” Alan menaikan sebelah alis matanya seraya menyiapkan segala rencana untuk esok, ya rencana telah tersusun rapih di otaknya.
***
Esok harinya, Alan tampak masuk sekolah dengan gaulnya sambil bersenandung dengan siulanya yang merdu. Dari koridor sekolah Pak Danang kepala sekolahnya memanggil dari kejauhan penuh emosi.
“ Alaaaaaaaaan! Sini kamu!”
Tiba diruang kepsek Pak Danang mempersilahkan duduk.
“ Alan! Sudah berapa lama kamu tidak masuk kelas.”
“ Baru satu minggu Pak.”
“ Apa! Satu minggu kamu bilang baru, jadi kamu punya rencana tidak masuk lagi. Lihat absenmu A, A dan A semua bosan saya melihatnya.”
“ Bagus dong pak dimana-mana kalau nilai A itu berarti bagus, hebat dong.” Elaknya berlagak bodoh.
“ Hebat gundulmu! Kamu mau saya keluarkan dari sekolah!hahh!” ancam Pak Kepsek dengan matanya yang melotot.
“ Jangan Pak, jangan!”
“ Ini peringatan terakhir, kamu saya scor selama satu minggu!” Ucapan itu yang ditunggu Alan dari tadi akhirnya keluar juga. Scor selama seminggu justru membuatnya merdeka.
“ Terima kasih bapak.”
“ Dasar kamu ini memang murid yang gila!”
***
“ Hari ini gue harus bisa ngedapetin Bunga.” Ujarnya dalam hati.
Dengan gaya anak kuliahan Alan melangkah ke kampus. Tiba digerbang kedua satpam kemarin tak mengenalinya. Kedua satpam hanya melongo saja. Saat masuk kampus ia mencari-cari gadis yang bernama Bunga di kampus yang begitu luasnya. Baru beberapa menit ia menemukan Bunga juga. Langsung ia menyapa. “ Hai manis...lagi ngapain?”
“ Maaf kamu siapa ya?” Bunga tampak heran.
Dengan sok akrabnya Alan menyapa.” Masa lupa sih sama gue, kenalin gue Alan temen SMA loe dulu masa nggak inget.”
“ Maaf ya, gue bener-bener nggak inget.”
“ Ya udahlah nggak penting, yang penting kita udah ketemu khan...”
Bunga hanya senyum pasi heran dengan pria yang sebenarnya belum pernah ia lihat sebelumnya.
“ Loe ambil jurusan apa?” lanjutnya.
“ Hukum, dan loe?” balas Bunga. Dengar pertanyaan itu membuat Alan terdiam sejenak, ia bingung harus menjawab apa. Secara dia bukanlah asli anak kuliahan alias mahasiswa gadungan.
“ Gue....gue ambil Management, ya management!”
Bunga yang polos hanya mengiyakan saja. Ia sama sekali tak curiga akan penyamaran Alan sang anak SMA. Akhirnya semakin lamapun mereka tampak semakin akrab dalam tautan asmara. Hal ini terlihat ketika mereka sering jalan berdua termasuk menemani Bunga berbelanja. Alan sangat puas karena berhasil ngecengi Bunga gadis incarannya tersebut walaupun masih tahap pedekate. Malam harinya terdengar Alan tengah gombal dalam telepon memadu kasih dengan Bunga, walaupun sebenarnya Bunga sedang enggan meladeninya.
“ Loe lagi ngapain?”
“ Lagi ngerjain tugas nih, sorry ya gue nggak bisa lama-lama ngobrol.”
“ Oke deh, bye bye.”
Bunga melanjutkan mengerjakan tugas papernya di temani Sari teman sekelasnya.
“ Siapa Bunga?” tanya Sari ingin tahu.
“ Alan temen lama gue.”
“ Temen lama loe? Kok loe nggak pernah cerita sama gue?”
“ Iya ceritanya sih, temen SMA gue tapi sebenarnya gue nggak kenal sih gue udah lupa malahan, tapi dia masih inget sama gue, kita juga baru ketemu belakangan ini, katanya sih dia baru pindah ke kampus kita gitu.” Jelas Bunga pada sahabatnya yang menatapnya melongo.
“ Siapa namanya?”
“ Alan.”
“ Loe suka sama dia?”pertanyaan mendadak itu membuat Bunga bingung.
“ Ya nggak mungkin lah Sar, gue Cuma temen doang kali’ mana mungkin gue suka sama dia, lagian baru juga ketemu, dia juga kayanya masih terlalu muda buat gue.” Jelas bunga sedetailnya, mereka melanjutkan tugas paper mereka.
***
Semakin lama tampak kecurigaan pada Bunga, tampak ia berusaha untuk cari tahu kekelas jurusan Alan. Tak seorangpun yang mengenalnya. Ini jelas membuat Bunga heran.
“ Loe nggak sedang mimpi kan?” ledek sari setelah mereka menanyai beberapa teman dikelas.
“ Ya nggak lah, nggak mungkin gue mimpi loe ada-ada aja deh!”
“ Terus mana temen SMA yang loe ceritain kemarin itu, tak seorangpun yang mengenalnya, bahkan dijurusan itu nggak ada yang namanya? siapa?”
“ Alan.”
“ Ya Alan, nggak ada Bunga. Udah ahh, ngapain coba nyariin orang yang nggak jelas keberadaanya.” tutur Sari sambil memencet-mencet poselnya.
“ Gue cuma penasaran aja.”
“ Udah ahh, nggak penting banget.” Sambut Sari yang tampak bete’. Mereka kembali kekelas yang sebentar lagi mata kuliah segera berlangsung.
Minggu pagi Bunga menemani Mamanya mengantar bingkisan makanan ke rumah Tante Ratna sahabat mama Bunga, yang tak lain adalah mamanya Alan. Tapi Bunga samasekali tak mengeahuinya. Sesampai di ruang tamu rumah tante Ratna, tak sengaja Bunga melihat foto berbingkai yang tak lain adalah Alan yang terpampang rapi di meja ruang tengah. Bunga melongo.
“ Alan??”
“ Oh? Itu anak tante. Bunga mengenalnya?” tanya tante Ratna heran. Lanjutnya.” Tante pussing ngurusin anak tante yang satu ini anaknya bandel, suka bolos sekolah dan suka buat ulah disekolahnya, tante bosan memarahi dia terus!”
“ Setahu Bunga, Alan rajin masuk kampus.” Sambung Bunga.
“ Ke kampus? Alan masih SMA. sayang...”
“ SMA???” barulah Bunga tahu semua tentang Alan setelah tante Ratna menceritakan semuanya. Kini Bunga pun tahu akan semua kebohongan orang yang berpura-pura sebagai teman lama SMA nya.
Esoknya, dikampus seperti biasanya Alan selalu menggoda Bunga. Bunga yang tahu akan kedoknya mengajaknya jalan.
“ Bunga, loe mau ngajak gue kemana?”
“ Udah ikut aja, gue punya sureprise buat loe!”
Alan semakin penasaran dibuatnya. Dengan mobil Jazz nya Bunga dan Alan melangkah pergi. Tepat berhenti didepan gerbang sekolahan Alan. Alan tampak gelisah dibuatnya ia mulai salting.
“ Kita mau ngapain ke sini?” tanya Alan pura-pura lugu.
“ Silahkan loe turun!” Bunga dan Alan turun dari mobil, Bunga pun siap menontaninya habis-habisan.
“ Ini sekolahan yang pantes buat anak kecil kayak loe! Jangan suka bolos lagi yah!” sindir Bunga yang tampak kesal raut wajah yang jutekpun dihadiahkan untuk Alan atas kebohonganya selama ini.
“ Thanks banget ya, atas kebohonngan loe selama ini, loe berhasil!”
“ Maksud loe apa Bunga? Gue nggak ngerti?”
“ Nggak usah sok lugu deh! Gue udah tahu semua kedok kebohongan loe, dasar mahasiswa gadungan. Jadi dengan cara ini loe mencari simpati gue. Asal loe tahu aja gue nggak akan mudah srek sama cowok ingusan kayak loe. Dengan berpura-pura sebagai mahasiswa, mengaku sebagai temen lama SMA gue. Loe kira gue bakal suka sama loe! Gue bukan cewek gampangan, jadi jangan harap loe dapet simpati dari gue!” kata-kata Bunga bagai petir yang menghujam Alan segala cacian ia luapkan atas kekesalanya pada Alan. Alan berusaha membela diri.
“ Bunga, Bunga dengerin gue dulu!” Alan menarik lengan Bunga yang hendak pergi.
“ Stop Lan! Gue nggak butuh penjelasan apapun dari loe. Jangan pernah temui ataupun gangguin gue lagi. Ortu kita emang sahabatan tapi jangan harap gue bakal temenan juga sama loe!” Bunga masuk kedalam mobilnya dan melaju kencang kekampusnya meninggalkan Alan yang terpaku diam di depan gerbang sekolah. Sepertinya ia harus bertemu kembali dengan Kepsek yang baginya sangat menyebalkan itu. Ia baru tahu kalau sebenarnya ortu Bunga adalah sahabat mamanya. Alan hanya megernyitkan dahinya. Kekesalanya ia luapkan pada tong sampah kecil disampingnya, maka sampahpun berserakan dijalan.
Malam harinya Alan kerumah Bunga untuk meminta maaf, sekaligus mempertahankan tautan asmaranya yaag baru saja berjalan alias pedekate. Bunga tampak kesal dengan kehadirannya.
“ Alan? Ngapain loe kesini!”
“ Bunga, dengerin dulu penjelasan dari gue.”
“ Sayangnya, gue nggak ada waktu untuk dengerin penjelasan dari loe, jadi mendingan loe pergi dari sini.Okey...” Kata Bunga dengan sisnisnya.
“ Semua ini gue lakuin karena gue cinta sama loe, gue sayang sama loe. Gue pengen jadi pacar loe”
“ Oh? Jadi dengan berbohong itu sebagai bukti sayang loe sama gue? Please... deh gue nggak suka dengan kebohongan. Mendingan loe pergi dari rumah gue karena gue nggak cinta dan nggak bisa mencintai loe, gue hargai kejujuran loe, tapi dengan rasa hormat silahkan loe pergi dari rumah gue. Jangan sampai kehadiran loe ini menghancurkan malam kencan pertama gue.” Celetus Bunga dengan penuh emosi.
“ Kencan?” heran Alan dibuatnya.
“ Ya.”
Alan melongo ketika sesosok pria tampan baru keluar dari pintu. Bunga serentak langsung memperkenalkannya pada Alan. Dengan wajah pasi Alan berusaha tabah. Ini mungkin sebagai balasan atas kebohongannya pada Bunga dengan begitu skor mereka satu sama.
“ Kenalain, ini Ramon baru datang dari Malaysia sekaligus tunangan gue.”
Ramon sang kekasih hanya tersenyum.
Alan tak menghiraukan uluran tangan Ramon. Dengan pasrahnya ia pergi dari halaman rumah Bunga. Ia tak mau sakit hati lebih jauh lagi. Yah beginilah akhir cinta anak sekolahan yang dilandasi dengan ketidakjujuran yang akhirnya membuahkan kekecewaan.
The End